MENGAPA PRODUSEN
MEMPERHATIKAN PERILAKU KONSUMEN
Tugas Makalah
Softskill
Ario Bimo Prasetyo Utomo
3eao4
11211166
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
Depok
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produsen adalah seorang atau kelompok
orang maupun badan usaha membuat suatu usaha yang menghasilkan output dalam
bentuk barang maupun jasa
pengertian produsen adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.Riset pemasaran sangat penting untuk produsen untuk mendapatkan informasi mengenai produk-produk dan jasa apa jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
pengertian produsen adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.Riset pemasaran sangat penting untuk produsen untuk mendapatkan informasi mengenai produk-produk dan jasa apa jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Produsen harus bisa membaca pergerakan pasar agar produk yang
dihasilkan dapat menarik konsumen, meningkatkan kepercayaan konsumen ,dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk itulah harus dilakukan sebuah manajemen
yang baik agar proses produksi berlancar lanjar. Seorang produsen atau
pengusaha haruslah berpikir kreatif dan inovatif dalam memproduksi
barang. Memikirkan produk alternatif , menentukan kemudahan dalam penggunaan
produk yang bisa saja meningkatkan minat konsumen, memberikan estetika dalam
tampilan produk sehingga menarik banyak pembeli.
Produsen harus mampu memperhatikan perubahan pola perilaku
konsumen.Tindakan ini penting karena terdapat perbedaan yang signifikan antara
konsumsi produk masyarakat kelas menengah keatas dan masyarakat kelas menengah
kebawah. Masyarakat kelas menengah kata biasanya lebih mengutamakan kenyamanan,
style dan gaya hidup maupun kemudahan dari produk yang diberikan.Sedangkan
masyarakat kelas menengah kebawah lebih cendrung menyukai barang-barang murah
dengan harga terjangkau.
Menurut John C. Mowen dan Michael Minor mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi berbagai produk,jasa dan pengalaman serta ide-ide.
Menurut Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa perilaku konsumen
adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk membeli,
menggunakan serta mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli, juga
termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan
produk.(Rangkuti,2002:91)
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, menyatakan bahwa perilaku konsumen
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumen dapat disarikan dari semua definisi diatas
sebagai studi tentang proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam memilih,
membeli,memakai serta memanfaatkan produk,jasa,gagasan, atau pengalaman dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apakah manfaat yang diperoleh produsen dalam memperhatikan
perilaku konsumen.
2.Apakah perilaku konsumen sangat besar perannanya dalam
meningkatkan daya beli konsumen terhadap suatu produk.
3.Apakah pengertian dari perilaku
konsumen.
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui manfaat
yang diperoleh perusahaan dalam memperhatikan perilaku konsumen.
2.Untuk mengetahui seberapa
besar peranannya dalam peningkatan daya beli
3.Faktor faktor apa saja
yang memepengaruhi perilaku konsumen
1.4 Manfaat
1.Hasil penulisan makalah
ini dapat dijadikan sumber informasi dan masukan bagi perusahaan guna untuk
meningkatkan jumlah penjualan produk .
2.Hasil penulisan makalah
ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman penulis tentang
alasan perusahaan perlu memahami perilaku konsumen dan hal-hal apa yang
perlu diperhatikan produsen dalam memperhatikan perilaku konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan denganpencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan,
serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang
matang.
2.2 Pendapat para ahli tentang
perilaku konsumen
· 1. Schiffman
dan kanuk (1994) Perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang di
perlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, mengunakan, mengevaluasi dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka.
· 2. Menurut
Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen
dapat didefinisikan sebagai tindakantindakan individu yang secara langsung
terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis
termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakantindakan tersebut.
· 3. Loudon
dan Bitta (1984) Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku
konsumen yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu
secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergu nakan
barang-barang dan jasa.
· 4. Menurut
Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku
konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan
kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka.
2.3 PENDEKATAN DALAM
MENELITI PERILAKU KONSUMEN
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti
perilaku konsumen. Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan
ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi
dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk
memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen
dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan ke dua adalah pendekatan
tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk
menjelaskan perilaku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui
eksperimen dan survei untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang
bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta
pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ke tiga disebut sebagai sains
pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba
model matematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia
menurut Abraham Maslow untuk memprediksi pengaruh strategi
marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan
moving rate analysis.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan
tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing
dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat
saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan
yang dihadapi perusahaan tersebut.
2.4 RODA
ANALISIS KONSUMEN
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan
pemasar untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat
menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik.[5] Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi
dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan kognisi
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada
perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah
produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen,
misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi
berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun
berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling
memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, suasana hati/mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau
negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh
dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin
besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan
tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di
perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami,
mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah
proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat
dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah
sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau
negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana
memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti
membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif
terbaik, sedangkan berpikir adalah aktivitas kognisi yang terjadi dalam keempat
proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi,
membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami
konsumen. Fungsi ke dua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah taskkognitif
seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi
pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan
melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda
tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu
melakukan aktivitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen
bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
2.5 Proses pengambilan keputusan
pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan
melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu
produk sebagai solusi atas
permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul,
konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang
ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal)
dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah
konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi
beberapa alternatif strategis yang
ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan
antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama
dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation)
merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada
tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut,
konsumen akan melakukan evaluasiapakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini,
terjadi kepuasandan ketidakpuasan konsumen.
Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan
selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merekproduk tersebut pada
masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut
tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen
pada masa depan.
Faktor-faktor yang memengaruhi
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses
pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam
diri manusiauntuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang
terhadap stimulusatau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannyaterhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada
dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka
seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration)
merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan
respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk
membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak
membeli produk tersebut
2.6 Manfaat Mempelajari Perilaku Konsumen
· Dalam
pasar yang semakin intensif tingkat persaingannya, tuntutan konsumen yang
semakin tinggi dan sangat ingin diperlakukan secara khusus, pemahaman akan
konsumen begitu tinggi. Untuk itu sangatlah dibutuhkan pengetahuan tentang
perilaku konsumen demi memuaskan konsumen dan memenangkan persaingan.
· Pemahaman
terhadap perilaku konsumen sangat bermanfaat untuk kepentingan penyusunan
strategi dan bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikografis konsumen
dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan
variabel tersebut. Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi
promosi, khususnya iklan secara tepat.
· Manfaat
mempelajari perilaku konsumen bagi perusahaan adalah memungkinkan perusahaan
memahami dengan tepat kebutuhan dan keinginan pelanggannya sehingga dapat
membantunya untuk memuaskan pelanggan, menerapkan konsep pemasaran dan
memperluas legitimasi ke masyarakat (Sheth & Mittal, 2004).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat sangatlah berpengaruh pada
perilaku konsumen saat ini. Selain itu perilaku konsumen juga dapat menjadi
acuan penilaian sukses atau tidaknya suatu perusahaan. Karena suksesnya
perusahaan tercermin dari laku atau tidaknya produk di pasar. Hal tersebut
menyebabkan perlu ditempatkan perilaku konsumen pada kerangka strategi
pemasaran suatu perusahaan. Dengan memperhatikan konsumen, maka akan mengetahui
apa yang di inginkan dan dibutuhkan oleh konsumen saat ini.
Pertumbuhan ekonomi saat ini, yang menempatkan Negara kita pada
posisi Negara berkembang sangat mempengaruhi keinginan konsumen untuk
mengkonsumsi suatu produk. Sebagai produsen (perusahaan) menitik beratkan pada
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran. Dalam mewujudkan
tujuan pemasaran dan meningkatkan loyalitas pelanggan atau konsumen terhadap
barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka kita perlu
memahami perilaku konsumen. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung
dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin.
Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh pada ahli, salah
satunya yang didefenisikan oleh Lamb, Hair dan Mc.Daniel menyatakan bahwa
perilaku konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan untuk
membeli, menggunakan serta mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang dibeli,
juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan
penggunaan produk.(Rangkuti,2002:91)
Karakteristik pembeli sangat berbeda beda, Banyak sekali faktor
yang memepengaruhi dalam pemebelian produk yaitu faktor sosial, faktor
personal, faktor psikologis dan faktor kebudayaan. Oleh karena itu kita sebagai
produsen (perusahaan) harus memeprhatikan perilaku konsumen dalam
strategi pemasaran, untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam memasarkan
suatu produk.
Daftar Pustaka :
Http: //google.com
http://andhykajulyanthio.blogspot.com/2014/01/mengapa-perusahaan-perlu-memperhatikan.html