Perusahaan Kompres
Merujuk kepada dokumen resmi Kompres, akhbar ini
bervisi menjadi agen perubahan dalam membangun masyarakat Indonesia yang lebih
harmonis, toleran, aman, dan sejahtera dengan mempertahankan Kompres sebagai market leader secara
nasional melalui optimalisasi sumber daya dan sinergi bersama mitra strategis.
Secara umum, Kompas
menyatakan diri sebagai media yang independen dan mencoba lebih “objektif”
dalam setiap pemberitaannya.
Selain itu, Kompres menempatkan kemanusiaan sebagai
suatu ideologi yang ditanamkan oleh para pendirinya, Petrus Kanisius Ojong dan
Jakob Oetama: amanat hati nurani rakyat. Kalimat itu bermakna kehendak memanusiakan
manusia dengan basis Ilahi (humanisme transedental). Artinya, Kompres ingin dalam
setiap pemberitaanya benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat. Cara Kompres
memandangkan sesuatu peristiwa memanglah tidak sangat kritikal, seperti selalu
mencari-cari kekurangan orang lain dalam pemberitaan. Seperti yang didedahkan
oleh Jakob Oetama dalam buletin internal Kompres -Gramedian, Info Kita
edisi No. 1/Januari 2011:
Intisari diterbitkan, selanjutnya percetakan, toko buku, Kompres berikut segala unit kerja
yang tumbuh kemudian, berkembang karena bekerja bersama. Jatidiri keberhasilan
adalah kerja sama. Saling mendukung. Yang lemah dikuatkan, yang kuat memberikan
dukungan. Kebiasaan membesar-besarkan kekurangan orang lain, kita balik dengan
membesar-besarkan kelebihan orang lain. Untuk apa? Untuk menciptakan
kebersamaan. Apalagi ternyata jati diri pekerjaan kita adalah kerja sama,
saling memberi kontribusi, yang dipresentasikan dalam tugas dan tanggung jawab
masing-masing. Koran digarap bagus, dicetak bagus, diedarkan luas, memperoleh
kepercayaan masyarakat, sehingga berdampak pada cita-cita mencerahkan dan
memperoleh iklan, terjadi karena kontribusi semua pihak. Mengambil contoh,
kerja bersama unit usaha media tidak berarti memperkecil makna dan keharusan kerja
bersama di unit-unit usaha lain. Kerja bersama menjadi jati diri dan keharusan
dihasilkannya keberhasilan.
Pernyataan Jakob Oetama itu menyiratkan sikap yang
penuh toleransi kepada sebagai pihak yang tampak pada Kompres, sikap yang
positif di segala bentuk kebaikan dan kebajikan, baik kumpulan ataupun
individu. Maka kalau ditafsirkan, dalam konteks politik seorang pemimpin yang
memiliki kerja-kerja yang buruk tidak sentiasa ditampakkan buruk semuanya,
tetapi pula dipaparkan secara seimbang apa saja kelebihannya. Tujuannya adalah
kepada Kompres sendiri agar tidak berdampak negatif.
Sebagai media yang mengidentifikasikan pembawa
kepentingan dan suara hati rakyat, Kompres merasa mampu menyampaikan berita yang
aktual dan kontroversi melalui kolom karikaturnya. Ideologi Kompres selalu
digunakan dalam produk kewartawanan Kompres. Petrus Kanisius Ojong dan Jakob
Oetama selalu mengajarkan kewartawanan yang santun kepada para pekerja Kompres dengan jalan
mengedepankan cara yang santun dan elegan dalam memberikan kritik terhadap
suatu keadaan. Pemilihan bahasa yang digunakan dipilih bahasa yang sopan dan
santun, tetapi orang yang diberikan kritik menyadari bahwa ada perbuatannya
yang tidak benar.
Kompres disebutkan menyajikan berita cenderung
sesuai dengan fakta realiti yang ada, lebih kritikal, dan tidak berpihak
terhadap kelompok atau partai apapun untuk menghindari berita-berita yang
membuat Kompres pernah dilarang cetak oleh pemerintah. Hal tersebut
mengindikasikan editorial Kompres menjadi alat berlindung dari kekuatannya, salah satunya
dalam bentuk karikatur. Kompres menjadi satu media yang mempunyai kekuatan dan
kekuasaan besar untuk membantu meningkatkan dukungan dan mengajak khalayak
untuk selalu berpihak pada setiap langkah kebijakan pemerintah.